Sebagian besar orang di kalangan umat Islam masih ada juga yang
menggunakan jimat dalam bentuk berbagai macam barang seperti keris,
batu, gelang dan sebagainya untuk ilmu kebal, agar dagang laris dan
lain-lain. Padahal hal itu sangat dilarang oleh Allah yang disampaikan
melalui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, salah satu hadits yang
menunjukkan larangan memakai jimat adalah hadits yang berasal dari
Imran bin Hushain yang menyatakan bahwa Nabi melihat seorang laki-laki
memakai gelang kuningan di tangannya. Beliau bertanya, ''Apakah ini?''
Orang itu menjawab: ''penolak lemah''. Maka Nabi pun bersabda kepada
orang itu, ''Tanggalkanlah gelang itu, karena ia tidak akan menambah
kamu kecuali kelemahan, dan apabila kamu mati sedangkan ia masih di
tanganmu tentulah engkau tidak akan selamat selama-lamanya.'' (HR.
Ahmad dan Al-Hakim).
Setelah menyimak hadits di atas maka sudahlah jelas pelarangan dan
sangsinya, karena penggunaan jimat itu bisa jatuh pada kemusyrikan.
Friday, November 30, 2012
Wednesday, November 28, 2012
Berhati-hatilah Mengenai Hal-Hal Ghaib
Pada saat sahabat pilihan yang bernama Utsman bin Madh'un wafat sedang
Rasulullah shallallhu alaihi wasallam hadir di sisinya dan mendengar
sahabat besar perempuan (shahabiyyah) Ummu Al-'Ala' berkata:
''Kesaksianku atasmu Abu As- Saib (Utsman bin Madh'un), bahwa Allah
sungguh telah memuliakanmu''. Maka Rasulullah saw membantahnya: ''Apa
yang menjadikan kamu tahu bahwa Allah memuliakannya?''
Ini adalah peringatan yang besar dari Rasulullah saw kepada sahabat
wanita ini karena dia telah menetapkan hukum dengan hukum yang
menyangkut keghaiban, ini tidak boleh karena tidak ada yang menjangkau
hal ghaib kecuali Allah SWT. Tetapi shahabiyah (sahabat wanita) ini
membalas dengan berkata: ''Subhanallaah, ya Rasulullah!! Siapa (lagi)
kah yang akan Allah muliakan kalau Dia tidak memuliakanya?''
Artinya, jika Utsman bin Madh'un ra, tidak termasuk orang yang
dimulyakan Allah maka siapa lagi yang masih tersisa pada kita yang
akan dimuliakan Allah''
Ini jawaban yang sangat mengena dan signifikan/cukup bermakna. Tetapi
Rasul saw menolaknya dengan ucapan yang lebih mengena dari itu, di
mana beliau bersabda: ''Demi Allah, saya ini benar-benar utusan Allah,
(tetapi) saya tidak tahu apa yang Dia perbuat padaku esok.''
Ini adalah puncak perkara, Rasul sendiri yang dia itu orang yang
dirahmati dan disalami oleh Allah, beliau wajib berhati-hati dan
mengharap rahmat Allah.
Dan di sinilah Ummu Al-'Ala' sampai pada hakekat syara' yang besar,
maka dia berkata: ''Demi Allah, setelah ini saya tidak akan menganggap
suci terhadap seorangpun selama-lamanya.'' (HR. Al-Bukhari 3/385,
6/223 dan 224, 8/266/ dalam Fathul Bari, dan Ahmad 6/436 dari Ummi
Al-' . Ala' Al-Anshariyyah bi nahwihi).
Rasulullah shallallhu alaihi wasallam hadir di sisinya dan mendengar
sahabat besar perempuan (shahabiyyah) Ummu Al-'Ala' berkata:
''Kesaksianku atasmu Abu As- Saib (Utsman bin Madh'un), bahwa Allah
sungguh telah memuliakanmu''. Maka Rasulullah saw membantahnya: ''Apa
yang menjadikan kamu tahu bahwa Allah memuliakannya?''
Ini adalah peringatan yang besar dari Rasulullah saw kepada sahabat
wanita ini karena dia telah menetapkan hukum dengan hukum yang
menyangkut keghaiban, ini tidak boleh karena tidak ada yang menjangkau
hal ghaib kecuali Allah SWT. Tetapi shahabiyah (sahabat wanita) ini
membalas dengan berkata: ''Subhanallaah, ya Rasulullah!! Siapa (lagi)
kah yang akan Allah muliakan kalau Dia tidak memuliakanya?''
Artinya, jika Utsman bin Madh'un ra, tidak termasuk orang yang
dimulyakan Allah maka siapa lagi yang masih tersisa pada kita yang
akan dimuliakan Allah''
Ini jawaban yang sangat mengena dan signifikan/cukup bermakna. Tetapi
Rasul saw menolaknya dengan ucapan yang lebih mengena dari itu, di
mana beliau bersabda: ''Demi Allah, saya ini benar-benar utusan Allah,
(tetapi) saya tidak tahu apa yang Dia perbuat padaku esok.''
Ini adalah puncak perkara, Rasul sendiri yang dia itu orang yang
dirahmati dan disalami oleh Allah, beliau wajib berhati-hati dan
mengharap rahmat Allah.
Dan di sinilah Ummu Al-'Ala' sampai pada hakekat syara' yang besar,
maka dia berkata: ''Demi Allah, setelah ini saya tidak akan menganggap
suci terhadap seorangpun selama-lamanya.'' (HR. Al-Bukhari 3/385,
6/223 dan 224, 8/266/ dalam Fathul Bari, dan Ahmad 6/436 dari Ummi
Al-' . Ala' Al-Anshariyyah bi nahwihi).
Wednesday, November 21, 2012
Israel Negara Pengecut
TANYA: ''Kenapa Israel di sebut negara pengecut?''
Jawab: ''Karena Israel secara biadab dan membabibuta membombardir Kota
Gaza sehingga banyak menewaskan warga sipil terutama wanita dan
anak-anak. Di sini terlìhat banget betapa pengecutnya tentara Israel,
mereka membunuh wanita agar tak melahirkan para pejuang dan mereka
membunuh anak-anak agar tidak tumbuh besar menjadi para pejuang
tangguh yang akan melawan mereka. Sungguh pengecut dan tak tahu malu
!''
Jawab: ''Karena Israel secara biadab dan membabibuta membombardir Kota
Gaza sehingga banyak menewaskan warga sipil terutama wanita dan
anak-anak. Di sini terlìhat banget betapa pengecutnya tentara Israel,
mereka membunuh wanita agar tak melahirkan para pejuang dan mereka
membunuh anak-anak agar tidak tumbuh besar menjadi para pejuang
tangguh yang akan melawan mereka. Sungguh pengecut dan tak tahu malu
!''
Subscribe to:
Posts (Atom)